Tentang Buku Mitologi Nordik Yang Hilang

Farah berbagi cerita tentang pengalaman pahitnya kehilangan buku (baru) untuk pertama kali.

Wait, people actually steal books?

Farah (naive)
Judul alternatif: One Thing That Farah Need to Get Over With

Salah satu klub buku yang aku ikuti memilih Mitologi Nordik sebagai bacaan pilihan klub beberapa hari yang lewat. Di permukaan ini memang terdengar sebagai berita baik. Aku sudah familiar dengan karya-karya Gaiman, seperti yang bisa dilihat dalam featured image tulisan yang kamu baca sekarang. Good Omens (baik dalam bentuk buku maupun serial TV adaptasi) sangat berjasa dalam membantuku melalui masa-masa sulit. Kesan yang ditinggalkan The Ocean at the End of the Lane sendiri masih belum pudar. Padahal aku sudah menamatkan bukunya dua tahun lalu.

Ulasanku tentang The Ocean at the End of the Lane bisa dibaca di blog Far’s Books Space:

Aku seharusnya senang-senang saja ketika kesempatan untuk membaca Mitologi Nordik muncul lagi. Toh aku memang sudah lama penasaran tentang bagaimana Gaiman menginterpretasikan mitologi yang sumber primernya adalah Prosa Edda ini. Namun, karya Gaiman yang satu ini juga mengingatkanku pada pengalaman kehilangan yang tidak aku sangka-sangka & bahkan masih sulit aku proses tiga tahun kemudian.

Tentang Kehilangan aka Efek Samping Kehidupan

Hal yang lucu tentang kehilangan adalah bagaimana meskipun kita melalui proses ini berulangkali, kita tidak pernah benar-benar “terbiasa” dengannya. Berjalan dari satu kehilangan ke kehilangan, mau tidak mau kita pasti akan merasa off balance dan ragu. Kita selalu memulai lagi dari awal. Kehilangan adalah sesuatu yang harus kamu overcome dalam hidup. Lagi dan lagi. It truly never ends.

Beberapa kehilangan tentu lebih berkesan dari yang lain. Secara umum, kehilangan yang bersifat materiil sangat berat di awal—sebelum berangsur membaik seiring berjalannya waktu. Di sisi lain, kehilangan yang bersifat moril punya potensi menghantuimu cukup lama. Human psyche, am I right?

Berbekal pemahaman sederhana inilah aku masih tidak mengerti kenapa kehilangan buku Mitologi Nordik masih begitu sulit aku terima sampai detik aku menulis ini.

Like, Far, it’s been 3 years? Perhaps more even. What is this about really?

Tentang Buku yang Hilang di Pusat Perbelanjaan

Mungkin aku masih belum bisa move on karena betapa tidak terduga kejadian ini. Secara logika aku sadar bahwa pencurian buku memang mungkin terjadi. The thing is, aku benar-benar tidak menyangka akan mengalami ini sendiri. Apalagi kalau mempertimbangkan sejarahku yang hampir tidak pernah salah letak atau kehilangan barang. Bahkan kalau ingin jujur dengan diri sendiri, dalam hati aku masih sering bergumam:

Wait, people actually steal books?

Farah (naive)

Kalau ada kesempatan, manusia sepertinya punya potensi untuk mencuri banyak hal. Aku sepertinya belum benar-benar menghayati kenyataan ini.

Mungkin move on terasa begitu sulit karena emotional whiplash yang aku alami waktu itu. Samar-samar aku ingat bahwa hari itu begitu menyenangkan. Aku menghabiskan waktu dengan dua kawan baik. Pertama-tama kami mampir ke toko buku. Setelahnya nonton film di salah satu pusat perbelanjaan. Buku itu aku perkirakan hilang ketika kami makan sebelum pergi ke bioskop.

Walaupun menyadari ini cukup dini, aku tetap saja tidak menemukan buku itu lagi. Tidak di tempat makan. Tidak di tempat shalat. Tidak di jalan yang sudah kami lalui hari itu. Aku tidak pernah tahu nasib buku yang baru aku baru beli beberapa jam lalu itu & baru aku buka plastiknya. The tragedy of it all.

Kalau bicara emosi, I’m going from 100 to 0 so fast that day. Kejadian ini sebenarnya bisa terasa bizarre dan lucu (in a dark way), kalau aku tidak merasa benar-benar sedih & terpukul karenanya.


Tiga tahun pun berlalu & aku akhirnya berhadapan dengan “hantu” ini lagi. Atas nama menjadi optimis, aku harap membaca Mitologi Nordik bersama anggota klub buku lain bisa menjadi momen katarsis buatku. Aku pun tidak harus melalui pahitnya proses membeli buku ini lagi, karena Mitologi Nordik bisa dibaca gratis melalui iPusnas.

Kalau pun tidak, setidaknya “hantu” ini sudah aku tuangkan ke dalam wujud tulisan.

Semoga pikiranku lebih ringan ketika memproses bagaimana Mitologi Nordik tidak akan bergabung dalam tumpukan buku Neil Gaiman lain yang aku punya di rak.

***

Featured image taken by Farah & processed on VSCO.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *